Teruslah mendaki memijakan
tapak tapak pengukiran harapan meskipun teriknya manas mentari serasa membakar
sekujur raga nan terkadang harus tersungkur jatuh dihempaskan oleh butiran
butiran peluh yg membekukan lelahnya tubuh & tetaplah terus menggenggam
keyakinan disetiap kehampa’an angan walaupun kejenuhan seringkali melahirkan
kembimbangan tentang baying baying dahaga tanpa nirmala apabila mencapai
ketitik puncak tertinggi ialah satu kepastian nan sudah menjadi sebuah
keharusan teruntuk dibeli berapapun mahalnya harga yg musti kita bayar demi
memiliki kemenangan tersebut meski elusan elusan ketakutan senantiasa merajuk
meminta berhenti merenda tiada kembali melanjutkan ayunan ayunan langkah
pendakian tebing impian serta usah pula pernah enggan ataupun kikir untuk berkorban
disaat membangun keutuhan istana keinginan bagaimanapun bentuk wujud ketentuan
nun harus diri kita bayarkan sebagai pengikat warna tentang pengorbanan andai
kesemuanya itu adalah cita cita yg tidak menyimpang dari batasan batasan
kebijakan sipenguasa alam semesta karena bumi takkan pernah sekalipun menyiapkan
hingga memberikan segala sesuatu puingan puingan kebahagia’an secara instan
untuk manusia nikmati hingga sampai dimiliki niscaya inilah sederet logika
nyata nun semestinya diterima oleh manusia jika seribu kesuksesan atau
kedamaian sejati hanyalah akan selalu sanggup teruntuk digenggam dalam
kebahagia’an mereka mereka sahaja sijiwa
fana yg berani berkorban manakala mengarungi hamparan luas samudra ujian tanpa
sedikitpun takut direjam kekalahan sebab siapapun manusia nan takut gagal jua
kecewa maka insan itu belumlah layak mendapatkan kemerdeka’an
By.Dakara effendi