Mungkin lentera kelopak mata
takkan pernah selama lamanya mempunyai satu akar kesanggupan untuk menyaksikan keindahan
panorama yg berderet mengisi alam semesta dimana tiada mungkin pula indra daun
telinga akan selalu pasti mampu teruntuk senantiasa mendengarkan setiap
senandung irama penghuni duniawi nan sedang berdendang karena segala sesuatu
tentang kebenaran rasanya masih bersifat sementara namun meskipun tidak
dikuasakan bisa melihat ataupun tiada mendengarkan maka bukan berarti semua
lajunya akan menjadi gelap tanpa bias bias cahaya atau segala gemericiknya
suara akan berubah hening membisu tanpa ketukan ketukan nada lantaran sesungguhnya segenap kelebihan setiap manusia
itu senantiasa berada diselipkan diantara nadi nadi kekuranganya dimana
seutuhnya apapun nun selalu manusia anggap sebagai seribu kelebihan sebenarnya
prihal tersebut adalah seonggok tunas kekurangan yg disamarkan oleh cadar
kecongkakan tetapi janganlah sekalipun kita menangisi anugerah berbentuk
kelemahan nan berkepanjangan karena siapapun hamba sahaya tersebut pastilah
memiliki telaga takdir tempat senyuman serta jangan pernah pula kalian tertawa
penuh angkuh diatas kesempurna’an senyuman yg bersemayam dikeindahan pelukanmu
sebab tiap tiap insani pastilah telah tersemati karma tangisan duka
keterpurukan niscaya janganlah terlalu sombong tatkala sampan kehidupanmu
dipayungi dengan berjuta juta lembayung kenikmatan ataupun disaat tarian tarian
gerakan usahamu seringkali diberkahi kemudahan kemudahan disetiap jalan
perajutan asamu karena ketahuilah bahwa disini takkan mengalir curahan airmata
kesedihan akhir zaman jua tiada mungkin pernah ada sesungging senyuman nirwana
yg mampu tumbuh hidup dialtar dunia dimana semua keharuman wangi bunga masih
bersifat singgah kadang untukku terkadang teruntuk dirimu
By.Dakara effendi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar