Manakala kejernihan embun embun
pagi telah enggan untuk menyapa hamparan ilalang diantara layunya helai helai
dedaunan yg mendambakan keteduhan maka seketika akan limbunglah kisi kisi
keyakinan nurani sebagian hamba sahaya dibumi saat mendapati kenyata’an bahwa
secercah pertolongan nan biasa dipastikan selalu datang bak genangan nirmala
lautan sebagai penghapus keputusasa'an sebuah pengharapan ternyata tiada hadir
diantara lelahnya sanubari yg merintih menahan dahaga serta tatkala hamparan
gelombang kejujuran sudah tiada lagi memiliki satupun belanga didalam tempat
kehidupan untuk dirinya menjadi neraca penyeimbang perjalanan kehidupan tetapi
hanya sekedar dijadikan sebagai pecahan cermin tanpa bingkaian niscaya pada
hari itupun segala sesuatu kebijakan antara manusia pastilah hanya akan
diselesaikan diujung tiang penyuapan pembungkam kata penolakan karena lembaran
lembaran uang hingga sampai berlian nun digenggam telah dijadikan alat teruntuk
menentukan aksara jawaban jua kebenaran & ketika gerakan langkah kecurangan
semakin berada diatas singgasana puncak kemenangan tanpa sanggup lagi digoyahkan
maka pada waktu itupun tungku tungku ketulusan takkan mungkin bisa teruntuk
kembali dijadikan sebagai mata air peneduh kekalahan diantara kecurangan serta
disaat merdunya baitan baitan suara fitnah telah mampu memporak porandakan alam
beserta seluruh nafas nafas ketaqwa'an para sang insani niscaya kala itupun
bahana suara suara kebenaran pastikan hanya sekedar menjelma menjadi lantunan
nada sumbang yg tiada memiliki nilai magis sama sekali namun bukan berarti
sejuta hikmah dibalik tragedi tersebut tiada dihadir ciptakan karena dengan
segala alur kisah semua kejadian tersebut Allah Swt akan pasti tersenyum
diantara kemurka’an saat menyaksikan atma hidup cipta'anya saling membunuh demi
memperjuangkan sekuntum keteguhan nun ada bersemayam dalam sanubarinya sendiri
sendiri
By.Dakara effendi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar