Rabu, 19 Juni 2013

MALAPETAKA DIBALIK OPERA

Pancaran cahaya kemilau dihari ini sesungguhnya adalah bias bayangan pelita redup perjalanan esok hari dimana kebahagia’an diwaktu inipun seutuhnya hanyalah sebuah perlintasan perubahan tentang teriknya dahaga nan terpatri dipelataran asa sebelum hari ini ataukah seberkas pantulan sinar sinar kegelapan yg berkata bahwa kesedihan hidup telah menanti kedatanganmu apabila kita tiada sanggup menjadikanya sebagai keindahan nun harus dijaga kebersahaja’anya lantaran kesedihan disaat inipun ialah sejenak ukiran tentang teriknya dahaga nan sudah terpatri diruang waktu lalu & begitupun dengan kebahagia’an didetik ini dimana itupun adalah sebuah karunia penganti atas besitan kegelisahan yg telah dirasakan sebelum waktu sekarang tetapi inilah realita prilaku insani antara kepedulian dengan tiada peduli sebab kenyata’an masih begitulah banyak manusia nun hanya memperdulikan senyuman hari ini tanpa pernah ingin peduli tentang tawa teruntuk esok hari dikala terang cahaya matahari menepi menghampiri gejora maka jikalau nanti  manakala kehidupan kita dibasahi oleh hujan nestapa janganlah diri menyalahkan suara celoteh orang lain andai mereka mengakatakan bahwa kita menangis dalam kebodohan  karena  memang itulah kebenaran bagi jawaban sebelum sekarang dimana lantaran kita hanya  selalu mengutamakan kemenangan hari ini belaka tapi tiada ingin merajut kedamaian esok hari namun pelannya pendakian takkan pernah terlambat apabila setiap manusia memiliki keberanian untuk meyakini satu kebenaran yg seringkali dikesampaingkan keberada'annya bahwa apapun  bentuk isi tujuan pendusta’an kita maka pastilah akan tetap menjadi kebohongan dari mereka untuk diberikan kepada diri kita sebagai buah tulah serta sekecil apapun kesombongan diri tentulah akan menjadi penghina'an dari mereka teruntuk kita sebagai rupa karma niscaya berhati hatilah sewaktu bernyanyi hingga bertingkah laku supaya cuma kebaikan yg kita lahirkan dikesemua bejana persinggahan perjalanan kehidupan agar kisi kisi permainan tiada sempurna tidak menjadi altar opera tempat pembalasan para hamba sahaya lainya mengembalikan warna warni lukisan hina nan pernah kita guratkan diberanda pengharapan   mereka
 By.Dakara effe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar