Menyentuh sebuah kesendirian peran diantara opera kehidupan
seseorang yg masih begitu labil akan pengertian tentang setitik
penyikapan dari sesuatu cikal bakal keseimbangan tidaklah semudah
seperti mata nun terbinar menatap angkasa seraya menggumamkan baitan
aksara serapah atas belanga pemberian nan mungkin masih senantiasa
berbuah rasa tiada sempurna niscaya telah semestinya kita harus
menguasai keindahan bermain paras wajah untuk menyimpan gejolak amarah
dalam dada & rela meneguk bulir bulir getah tetesan empedu manakala
tutur lembut senandung petuah hanya sanggup menciptakan senyuman pura
pura ataupun cuma berbalaskan dendang suara bibir yg mendecak sinis
tanpa sebelumnya mereka ingin berfikir dahulu akankah jiwa sang penderma
tidak meratap sendu andai menyaksikan permata nun dihibakan dilumuri
dengan lumpur lumpur penghina'an serta pembodohan zaman maka ingatlah
selalu wahai atma atma penuh keangkuhan bahwa peradaban dunia
sesungguhnya tidaklah pernah berubah sebab seiring waktu nan bergulir
kembali diapun pasti akan membawa kisah bahagia baru diantara cerita
penuh air mata teruntuk setiap nyawa supaya belajar mengilhami mengapa
terkadang tuhan tiada segera menganugerahi doa doa yg terus merangkak
meminta cahaya keselaran menuju benggala tempat menghakimi diri sendiri
sebelum kita menujukan jari telunjuk sendari berkata engkau bersalah
By.Dakara effe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar