Akibat sekelumit jeratan belenggu dari sebuah
gejolak alibi yg terlahir melalui celah ruangan pembenaran dirinya sendiri maka
masih sangatlah terlalu banyak manusia manusia nan sengaja tidak ingin memiliki
satu lingkaran perigi dalam jiwanya untuk seorang ia meletakkan setiap serpihan
puing puing kisah hidup dimasa lalunya sehingga dengan begitu sangat mudahnya
lekukan bibir mereka menyerukan kata kata yg lalu biarlah berlalu tanpa
terlebih dahulu ingin memahami apakah makna isi ucapan tersebut sebelum dirinya
memutuskan bahwa ucapan fatwanya tersebut menjadi salah satu bagian keyakinan
dari semua simpangan jalan kehidupanya niscaya tiada berguna lagi untuk
diperdebatkan apabila kini yg tersisa hanya segelintir manusia sahaja nun masih
mempunyai sekatan tungku ditiap sendi sendi nadi yg digunakan untuk menyematkan
gambaran cerita lalu supaya keutuhan rasa dihidupnya selalu bisa teruntuk
mencerminkan segala langkah langkah barunya dihadapan benggala titian lama
karena sesungguhnya tiada sesiapun hamba sahaya yg ingin kembali terjebak jua
sampai melakukan kesalahan nan sama untuk kedua kalinya dimana telah semestinya
kitapun harus menyadari jika sebenarnya gumpalan gumpalan ukiran kisah lalu
adalah sebuah unsur yg sudah berjasa bagi diri kita sebab keberada’anya telah
kuasa menempa nurani menjadi jatidiri yg dewasa tatkala lemahnya raga menjalani
karma sebab ketahuilah bahwa buah ulah tingkah dimasa lalu tersebut ialah
seuntai belati hidup nan senantiasa sanggup teruntuk memberikan kebenaran bila
masa depan itu tidaklah pernah ada diatas altar altar duniawi karena seratus
tahun kedepan sekalipun tetaplah akan menjadi lembaran lembaran kenangan usang
diantara kegersangan beranda masa lalu
By.Dakara effendi