Meski telah jauh titian perjalanan nan tertempuh dengan seiring
berubahnya serabut warna diantara lubang kepala namun tetap saja
penyaksian mata tidak pernah mendapatkan kronologi nan berbeda tentang
ukiran perilaku manusia dimana orang kaya masih sahaja berkata dengan
kekuasa'an diantara hartanya untuk menguatkan titah serta dilain
benggala orang fakirpun masih selalu berkata melalui hati diantara
degupan amarah lantaran memang itulah nun menjadi titik ruang akhir
pelarian & kisah tersebut sama meskipun berbeda pustaka dengan
bentuk tubuh dimana manusia berlekuk tubuh sempurna masih saja berkata
dengan keangkuhan karena keindahan parasnya serta siburuk rupa juga
masih berkata sederhana sesuai keada'anya namun inilah realita rasa
semesta dimana segala harapan selamanya akan tetap menjadi sebuah impian
jikalau kita hanya diam tanpa mencari atau menjemput wujud elegi entah
itu berupa tangisan ataupun senyuman sebagai titik akhir pencapaian akan
tetapi buruk baiknya semua prihal ulah tingkah hingga suara kata
tetaplah bergelayut kepada pemilik hati sendiri sendiri bukan disebabkan
oleh aku jua mereka
By.Dakara effe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar