Lihat amatilah sketsa cerita dunia fana melalui celah ruang alam
abadimu tentang gerak belaian riak riak gelombang karma nan sudah jauh
terjadi dijalani oleh anak serta cucu cucumu wahai engkau ayah karena
selepas kepergianmu setiap ketentuan tersebut senantiasa sanggup
menimbulkan percikan percikan api dilema dalam benakku antara ikut
berbaur diperjuangan harapan ataukah lebih memilih diam ditengah tengah
seribu ketidak pedulian & mengertikah engkau ayah bahwa betapa perih
rasa kalbu ini setiap kali menyaksikan ulah tingkah mereka saudara
saudaramu nan sengaja memperlakukan denyut nyawa penerus margamu tatkala
dengan begitu mudah memainkan tarian jemari diatas kulit raga di'iringi
ungkapan kata kata cela teruntuk titisan darahmu sedang keberada'an
mereka seharusnya mampu menjadi dewa pelindung bukan sang penghukum
namun sejauh ini kuhanya mampu hening dalam sejuta kebimbangan untuk
menentukan pilihan sikap demi terlahirnya sebuah keputusan atas keidak
berdaya'anku merubah isak derita menjadi senyuman tawa tetapi sederet
tanya diri sendiripun datang menyapa bila sampai kapan kuharus belari
menjauh jua bersembunyi dibalik tirai kesabaran sedangkan sesungguhnya
kumengerti jika kelambu tersebut hanyalah satu alibi dari kebohonganku
atas ketakutanku agar kutiada pernah dikatakan sebagai manusia pecundang
niscaya hari itu kuterpaksa melakukan sebuah tindakan ( ayah mereka
memang layak mendapatkan kekerasan itu dariku ) untuk mengurangi beban
nun sejauh ini telah menekan hidupku lantaran kutelah begitu lelah
berpura pura hidup dalam senyuman kala menatap semua perlakuan mereka
diatas kegagalan cita cita semasa kecil nun musnah terbawa oleh desahan
hangat nafas terakhirmu
By.Dakara effe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar